Oleh : Ust Fathuddin Ja’far
Penyusun Mushaf Tadabbur dan Buku 7 Langkah Belajar Membaca Al-Qur’an Sampai Faseh
Al-Qur’an… Sebuah kata yang sangat populer di dunia sejak ia
diturunkan 14.5 abad silam sampai hari ini.
Kalau kita tanya sama mbah
“Google”, maka ia akan menjawab : Ada sekitar 68.5 juta kata Al-Qur’an
tercantum di dalamnya…. Subhanallah… Sebaliknya, jika kita tanya umat
Islam yang mencapai 1.6 milyar terkait hakikat Al-Qur’an, pasti jawaban
mereka akan beragam… Jika kita fokuskan lagi pertanyaannya terkait
Al-Qur’an seperti, sudahkan anda lancar membaca Al-Qur’an? Berapa banyak
anda membaca Al-Qur’an perhari?
Sudahkan anda memahami dan
mentadabburkan semua isi Al-Qur’an? Berapa banyak anda menghafal
Al-Qur’an? Sudah berapa anda mengamalkan perintah Al-Qur’an dan
meninggalkan larangannya? Yakinkah anda Al-Qur’an itu sebagai solusi
bagi kehidupan di dunia dan di akhirat?
Tidak diragukan, jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut juga akan
beragam dan bisa saja sangat menyedihkan, alias tidak memuaskan…
Faktanya di lapangan, umat Islam hari ini jauh dari Al-Qur’an, sejak
dari bacaan, pemahaman apalagi pengamalannya. Bandingkan dengan generasi
Islam pertama, para Shahabat dan beberapa generasi setelah itu, mereka
sangat akrab dan bersahabat dengan Al-Qur’an, bahkan hidup mati mereka
dengan Al-Qur’an.
Sebab itu, kita menemukan kondisi kehidupan yang sangat kontras
antara generasi Islam yang hidup matinya dengan Al-Qur’an dengan
generasi Islam yang acuh tak acuh pada Al-Qur’an. Generasi yang hidup
matinya (komitmen tinggi) pada Al-Qur’an mereka hidup mulia, penuh
berkah di dunia, bahkan menjadi juru keselamatan bagi kehidupan umat
manusia di seantero dunia ini dan di akhirat kelak mereka mendapat janji
kesuksesan tanpa batas, yakni masuk syurga. (Q.S. At-Taubah : 100).
Sebaliknya, umat Islam hari ini yang jauh dari Al-Qur’an, terpecah belah
menjadi 50 negara lebih, dijajah umat lain dalam berbagai lapangan
kehidupan sehingga hidup dalam kehinaan. Sedangkan di akhirat belum ada
jaminan meraih kesuksesan dan masuk syurga.
Adapun sebab umat Islam hari ini jauh dari Al-Qur’an bisa disebabkan
keimanan yang lemah kepada Al-Qur’an sehingga kurang menyadari tujuan
Al-Qur’an itu Allah turunkan? Padahal Al-Qur’an itu diturunkan Allah
dengan tujuan :
- HUDAN, yakni petunjuk jalan kehidupan agar hidup menjadi lurus. (Q.S. Al-Baqarah : 2 & 185).
- NUR, yakni cahaya yang menerangi kehidupan agar terhindar dari kebatilan dan dapat berpijak pada kebenaran/al-haq. (Q.S. Al-Maidah : 15)
- Dzikro, yakni sebagai peringatan agar hidup ini terhindar dari kesesatan di dunia dan akhirat. (Q.S. Thaha : 124)
- Mau’izhoh, yakni menjadi nasehat yang baik agar hidup ini selalu berada di atas jalan yang lurus dalam menuju Allah. (Q.S. Yunus : 57)
- Syifa’, yakin menjadi obat agar fisik dan jiwa menjadi sehat. (Q.S. Q.S. Yunus : 57)
- Rahmah, yakni agar meraih kasih sayang Allah di dunia dan akhirat. (Q.S. Al-Isro’ : 82)
- Ruh, yakni agar umat ini memiliki ruh (spirit) hidup yang kuat dan optimis meraih kesuksesan dunia dan akhirat. (Q.S. As-Syuro : 52). Tanpa Al-Qur’an, umat ini adalah bangkai-bangkai yang berjalan.
Sesungguhnya Al-Qur’an itu kekuatan tanpa batas. Fakta menunjukkan,
betapa bangsa Arab dan umat Islam lainnya sebelum hidup dengan
Al-Qur’an, mereka hidup hina, berpecah belah, saling berperang sesama
mereka, menjadi rebutan bangsa lain, kezaliman merajalela, yang kaya
semakin kaya, yang miskin semakin miskin, hidup berkasta berdasarkan
keturunan dan harta, life style yang primitif, tak berbudaya, tidak ada
kemajuan ilmu pengetahuan, bahkan tidak tercantum dalam sejarah
bangsa-bangsa seperti Mesir Kuno, Persia, Yunani dan sebagainya.
Namun,
setelah mereka hidup dengan Al-Qur’an, terjadi revolusi dalam kehidupan
mereka dan kehidupan mereka berubah 180 derajat. Dari kegelapan
jahiliyah menjadi cahaya Islam yang terang benderang, dan bahkan dunia
ini mereka kuasai dari Barat sampai Timur. Dari merekalah asal semua
peradaban moderen di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita
nikmati sekarang ini. Al-Qur’an menggambarkan Generasi Islam Pertama
sebagai “Khairu Ummatin”, yakni umat terbaik sepanjang masa. (Q.S. Ali Imran 110).
Sebab itu, timbul pertanyaan : Di mana letak kekuatan Al-Qur’an?
Sesungguhnya kekuatan Al-Qur’an terletak pada jati dirinya itu sendiri.
Sebagai Kalamullah yang sudah pasti memiliki Mukjizat yang
mengungguli semua ucapan dan pemikiran makhluk di alam semesta ini.
Namun, secara umum, kekuatan Al-Qur’an itu terletak pada dua sisi
berikut :
- Sisi kata-kata dan bahasa.
- Sisi kandungan dan isinya yang mencakup aspek sejarah umat manusia dan, analisa masa depan sampai ke akhirat/ futuristic, hukum dan perundang-undangan, spiritualitas (ruhiyah), sosial, ekonomi, psikologi manusia, berita-berita tentang masalah ghaib seperti ajal, akhirat, syurga, neraka dan sebagainya, sains (ilmu pengetahuan tentang rahasia penciptaan alam semesta dan manusia) dan lain sebagainya.
Kedua hal tersebut sangat dahsyat dan mustahil manusia dan jin dapat
menandinginya kendati mereka bekerjasama, apalagi mengunggulinya. (Q.S.
Al-Isro’ : 88). Saking dahsyatnya Al-Qur’an itu, sekiranya diturunkan ke
atas gunung, maka gunung tersebut akan hancur lebur. (Q.S. Al-Hasyr :
21).
Bahkan kedahsyatan Al-Qur’an itu dapat memindahkan gunung, membelah
bumi dan menghidupkan orang yang sudah mati, kalau Allah kehendaki.
(Q.S. Ar-Ro’du : 31). Secara singkat, sejak diturunkan Allah sampai
hari kiamat nanti, hanya Al-Qur’an yang memiliki kekuatan keselamatan
dan keberkahan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Lalu, apa kunci mendapatkan kekuatan Al-Qur’an sebagaimana yang
terjadi pada generasi Islam pertama dan generasi-generasi setelahnya?
Kuncinya tak lain adalah “TADABBUR”.
Artinya, ayat-ayat atau semua isi
Al-Qur’an itu harus ditadabburkan. Artinya, difikirkan secara cermat dan
mendalam dengan menggunakan kekuatan akal/fikir dan hati/dzikir. Hanya
mereka yang mentadabburkan Al-Qur’an yang akan memahami dan merasakan
langsung kekuatan Al-Qur’an. Hanya mereka yang mentadabburkan Al-Qur’an
yang akan meraih hudan, nur, dzikro, mau’izhoh, syifa’, rahmah dan ruh
Al-Qur’an. Kalau tidak mau mentadabburkan isinya, tidak akan mendapatkan
itu semua kendati mampu membacanya dangan tartil (faseh) dan hafal
semua ayatnya.
Tadabbur inilah yang membedakan kaum Mukmin dengan kaum kafir dan
munafik. Kaum kafir dan munafik tidak kunjung mengerti message (pesan)
dahsyat Al-Qur’an karena tidak menggunakan akal dengan baik dan benar
untuk menelaah ayat-ayatnya dan tidak pula menggunakan hati untuk
memahami dan meyakini kandungannya. (Q.S. An-Nisa’ : 82 dan Muhammad :
24).
Mereka lebih mendahulukan resistensi, kecurigaan dan
keragu-raguan. Maka wajar, kekuatan Al-Qur’an yang sangat dahsyat itu
tidak dapat mereka rasakan. Bagi yang menggunakan akal dan hatinya untuk
menelaah dan memahami Al-Qur’an, mereka pasti dapat merasakannya
seperti yang dirasakan Umar Ibnul Khattab saat mendengar adiknya membaca
Al-Qur’an dan ratusan juta dan mungkin milyaran manusia lainnya sejak
zaman Rasul Saw. sampai hari ini.
Akhirnya, hanya orang-orang yang melakukan TADABBUR yang akan meraih
KEBERKAHAN hidup melalui Kitab Al-Qur’an yang penun berkah ini.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Inilah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) yang
penuh berkah agar mereka mentadabburkan ayat-ayatnya dan menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang memiliki (kedalaman) fikiran. (Q.S. Shad
: 29)
Sebab itu, mari kita bangun kebiasaan (habit) Tadabbur Al-Qur’an…
Semoga Allah muliakan dan selamatkan kita melalui Al-Qur’an ini, di
dunia dan di akhirat kelak. [eramuslim]
(BERITA SEPUTAR ISLAM)
Monetize Website Anda :
Daftar PopAds Disini:
No comments:
Post a Comment