(BERITA SEPUTAR ISLAM) - Saya menolak Ahok bukan karena dia Kristiani atau Tionghoa, bukan pula
karena saya mendukung salah satu dari dua pasangan calon lain.
Saya menolaknya adalah karena hati nurani saya meyakinkan bahwa dia bukan pemimpin yang cocok bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia
Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta tidak sepi dari kelemahan-kelemahan mendasar.
Dia sangat patut diduga melakukan korupsi dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Pulau-pulau di Teluk Jakarta.
Namun KPK tidak berdaya menyeretnya seperti menyeret para tersangka yang diduga menerima suap dalam jumlah kecil sekalipun. Sepertinya ada kekuatan besar yang membelanya. Dan pihak pemangku amanat dan penentu kebijakan seperti tidak berdaya bekerja dengan hati nurani.
Begitu pula rasio saya menyimpulkan bahwa dia bukanlah pemimpin mumpuni, apalagi bekerja utk rakyat kecil. Dia lebih bekerja untuk para pengusaha besar (Reklamasi Teluk Jakarta untuk siapa?)*.
Prestasinya memimpin Jakarta selama ini lebih karena opini yg dibangun media-media pendukungnya. Yang tidak menampilkan keburukan-keburukannya.
Saya menolaknya adalah karena hati nurani saya meyakinkan bahwa dia bukan pemimpin yang cocok bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia
Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta tidak sepi dari kelemahan-kelemahan mendasar.
Dia sangat patut diduga melakukan korupsi dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Pulau-pulau di Teluk Jakarta.
Namun KPK tidak berdaya menyeretnya seperti menyeret para tersangka yang diduga menerima suap dalam jumlah kecil sekalipun. Sepertinya ada kekuatan besar yang membelanya. Dan pihak pemangku amanat dan penentu kebijakan seperti tidak berdaya bekerja dengan hati nurani.
Begitu pula rasio saya menyimpulkan bahwa dia bukanlah pemimpin mumpuni, apalagi bekerja utk rakyat kecil. Dia lebih bekerja untuk para pengusaha besar (Reklamasi Teluk Jakarta untuk siapa?)*.
Prestasinya memimpin Jakarta selama ini lebih karena opini yg dibangun media-media pendukungnya. Yang tidak menampilkan keburukan-keburukannya.
Apa yang dianggap sebagai keberhasilan Ahok sesungguhnya sudah dimulai
sejak masa Gubernur Joko Widodo, bahkan Gunernur Fauzi Wibowo dan
Sutiyoso.
Debut Ahok yang loncat-loncat dari partai yang satu ke partai lain menunjukkan ambisi kekuasaan yang sangat oportunistik.
Bahwa dia melupakan partai atau orang yang berjasa mendukungnya juga merupakan perilaku tidak etis dari seorang pemimpin.
Debut Ahok yang loncat-loncat dari partai yang satu ke partai lain menunjukkan ambisi kekuasaan yang sangat oportunistik.
Bahwa dia melupakan partai atau orang yang berjasa mendukungnya juga merupakan perilaku tidak etis dari seorang pemimpin.
Takdir Allah yang memelesetkannya dengan ujaran kebencian di Pulau
Seribu yang kemudian mendorong reaksi besar adalah tanda bahwa Kekuasaan
dan Keadilan Ilahi sedang menempuh jalannya.
Kepada Kaum Beriman/ Umat Beragama jangan abaikan itu. (Din Syamsuddin) [sp]
Kepada Kaum Beriman/ Umat Beragama jangan abaikan itu. (Din Syamsuddin) [sp]
(BERITA SEPUTAR ISLAM)
Monetize Website Anda :
No comments:
Post a Comment